Keperawanan, Ternyata Tak Sama

SAAT seorang gadis kehilangan “Cherry,” dia tidak lagi perawan. Selama berabad-abad, keperawanan sering diistilahkan sebagai “Cherry pie” atau pastel ceri. Usai menikah, di malam pertama seorang wanita akan mengalami “Cherry ripe” atau pemerkosaan ceri dan si pria akan merampas cerinya. “Popped her cherry” istilahnya. Bagaimana bisa nama buah menjadi simbol pecahnya selaput dara (hymen)?
Dua istilah
Cherry: dari bahasa Latin ceresia, nama kuno dari sebuah kota bernama Cerasus, di Laut Mati, yang masyur dengan pohon cerinya, buahnya berwarna merah agak gelap dan manis.
Selaput dara (hymen); berhubungan dengan pernikahan dalam istilah Yunani. Dengan huruf h kecil, sebuah lagu perkawinana atau puisi dari Yunani berjudul hymen, memiliki arti “sebuah membran/selaput” dan lewat Indo-Eropa disebut syumen. Istilah ini terkait dengan kata “seam” atau lapisan.
Buah ceri berwarna merah darah, dengan kulit tipis yang agak kuat. Saat kulitnya pecah, bagian dalamnya yang lunak akan keluar beserta biji-bijinya. Ceri yang dibuat jus mirip dengan darah. Karenanya bila terkena kertas atau kain putih, nodanya mirip darah yang menempel. Cerita ini adalah salah satu teori kuno yang hendak Menceritakan kenapa selaput darah dikaitkan dengan buah ceri.
Keperawanan, Syarat Dalam Pernikahan; Dari Jaman Antik Sampai Abad Ke-20
Istilah virgin berasal dari bahasa Latin virgo atau gadis, perawan. Istilah ini juga punya kaitan erat dengan istilah virga, yang artinya baru, ranting muda atau cabang yang tidak berbentuk.
Keperawanan, istilah ini terdengar begitu terus terang, vulgar. Bila seseorang bertanya atau menyebut “Anda perawan atau tidak” tentu pernyataan atau pertanyaan itu akan mengganggu Anda. Namun, lupakan saja soal ini.
Mari kita lihat beberapa pandangan soal keperawanan. Di beberapa belahan dunia lain, konsep keperawanan memiliki arti masing-masing.
* Ada kebudayaan yang menganggap, seorang wanita yang belum menikah tetap lah perawan meski dia adalah seorang pelacur. Hanya lewat pernikahan sajalah dia kehilangan keperawanan. Meski selama bertahun-tahun seorang perempuan menjadi pelacur, saat menikah dia diperlakukan sebagai perawan, berpakaian putih, dan menampilkan dirinya di hadapan suaminya dengan begitu lugu dan murni. Dialah yang akan mencuri keperawanannya.
* Di bagian dunia lain, seorang wanita yang sudah menikah tanpa anak adalah seorang perawan. Keperawanan hilang hanya saat anak pertamanya lahir lewat saluran vagina. Keperawanan tidak hilang karena hubungan seks melainkan dengan menjadi ibu. Jadi setiap wanita tidak beranak, meski sering berhubungan seks, tetaplah perawan.
* Diantara orang-orang yang takut dengan mitos darah pada malam pertama, darah memiliki cerita panjang yang cukup negatif konotasinya. Seorang laki-laki akan menikahi seorang perempuan hanya setelah selaput daranya pecah lewat hubungan seks dengan seorang asing yang tugasnya memang demikian. Pekerjaan orang asing ini dianggap sulit, dan laki-laki yang melakukannya akan dianggap pemberani karena dia menerima bahaya berulangkali saat melakukan kontak dengan darah.
* Seorang wanita yang diperawani oleh seorang walinya membuktikan pada suaminya bahwa dia lebih murni dan lebih perawan daripada sebelumnya. Karenanya melakukan hubungan seks dengannya tidaklah membahayakan.
* Seorang wanita di kalangan dunia barat akan tetap dianggap perawan sampai dia melakukan hubungan seksual,oral ataupun anal dengan pria. Dan hal itu masih kita pegang sampai sekarang. Bahkan juga di dunia timur.
Jika definisi keperawanan kedengarannya membingungkan dan absurd bagi kita dengan cerita ini, maka istilah yang kita gunakan untuk menamai keperawanan akan mengundang senyum masam. Kita mungkin akan bertanya dalam hati, apa artinya mempertanyakan keperawanan seorang wanita.
Dalam sebuah poling menyebutkan bahwa56 persen anak-anak gadis usia sekolah menengah di Amerika sudah melakukan hubungan seksual. Bahkan lebih dari itu, banyak pasangan yang sudah hidup serumah sebelum pernikahan resmi dijalankan.
Namun demikian, tetap saja banyak pasangan yang menginginkan perkawinan monogami, meski keperawanan bukan lagi sesuatu yang mutlak harus dipertahankan. Satu hal yang pantas diingat adalah, selama berabad-abad konsep keperawanan sebagai sebuah idealisme kemurnian wanita memiliki perbedaan antara satu tempat dengan lainnya. Lalu apa artinya perawan? Silakan pikir dan renungkan sendiri!

Related Posts:

Toilet Bukan Tempat "Terkotor" di Rumah

Toilet ternyata bukan satu-satunya tempat paling kotor di rumah Anda. Penelitian menyebutkan sejumlah lokasi di dalam rumah yang tidak bersih, dan beberapa tidak kita duga sebelumnya. Apa sajakah itu?

Profesor mikrobiologi dari University of Arizona, Dr Chuck Gerba, meneliti bagaimana penyebaran penyakit di lingkungan tempat tinggal. Studi itu meliputi peralatan rumah tangga dan memastikan berapa banyak bateri yang berkembang di sana. Dia terutama meneliti masalah bakteri seperti E.coli dan Staphylococcus aureus.

Dalam studinya dia menemukan bahra rata-rata bakteri yang terdapat di dudukan toilet mencapai 50 per inci persegi.

"Ini merupakan benda yang paling bersih yang anda lihat dapat kaitannya dengan mikro organisme," kata dia.

Tetapi dia menambahkan pembersih bakteri untuk tempat duduk toilet banyak tersedia.

Menurut Gerba, tampaknya kita harus lebih khawatir dengan peralatan rumah tangga lain.

"Biasanya ada sekitar 200 lebih banyak bakteri di talenan atau alas untuk pemotong dibandingkan dengan dudukan toilet," kata dia.

Di dapur, bakteri itu bukan berasal dari tinja, tetapi melalui potongan daging atau bagian jeroan hewan, yang banyak mengandung bakteri.

"Tetapi anda sebaiknya memperlakukan talenan anda seperti pada dudukan toilet," kata dia.

Orang lebih banyak khawatir penyebaran bakteri melalui toilet sehingga lebih sering membersihkannya secara rutin, tetapi talenan sering luput untuk dibersihkan. Selain talenan, peralatan yang mengandung banyak bakteri di rumah kita adalah spon dapur atau lap.

Menurut Gerba, spon mengandung 10 juta bakteri per inci persegi, dan jutaan bakteri di kain untuk mencuci piring. Dengan kata lain, sebuah spon dapur ternyata 200.000 ribu lebih kotor dibandingkan dudukan toilet, dan kain untuk mencuci piring 20.000 lebih kotor dibandingkan dudukan toilet.

Tas belanja

Penelitian Gerba ini, didukung juga oleh sejumlah kalangan di dunia.

"Spon dapur sejauh ini selalu menjadi yang paling kotor," kata John Oxford, profesor ilmu Virologi di University of London dan pemipin di theHygiene Council- sebuah badan internasional yang membandingkan standar ilmu kesehatan di seluruh dunia.

Dalam studi terakhir yang mengambil sample dari rumah di sembilan negara yang berbeda, ditemukan bahwa 21% dari lap pembersih justru memiliki kontaminasi tingkat tinggi.

Lap juga dapat mengandung bakteri E.coli.

Studi ini juga mengidentifikasi bakteri dari satu rumah ke rumah lainnya, dan berbeda-beda di satu negara dengan yang lainnya.

Arab Saudi memiliki lemari es terkotor, dalam penelitian 95% lemari es gagal dalam tes bakteri E.coli. Dan di Afrika Selatan, bagian terkotor adalah kamar mandi, dengan jumlah dua pertiga memiliki tingkat E.coli yang melebihi batas dan 40% jamur.

Sementara itu, tingkat kebersihan di Australia dan Kanada lebih baik dibandingkan negara lain.

"Kami menemukan bahwa negara seperti Australia dan terutama Kanada berada dalam daftar tertinggi kesehatan....negara yang berada di urutan bawah antara lain India dan Malaysia."

Bagaimana dengan rumah anda? Gerba mengatakan selain rumah, kantor pun bisa jadi tempat yang kotor.

"Banyak orang tidak menyadari mereka akan terpapar kotoran ketika menerima telepon, karena tidak pernah membersihkannya."rata-rata desktop memiliki jumlah bakteri 400 kali lebih banyak dibandingkan dudukan toilet."

Selain itu, supermarket juga harus anda waspadai.

"Kereta belanja itu juga tempat yang buruk," Gerba memperingatkan. Kemudian, tas belanja yang biasa dipakai ulang juga mengandung bakteri.

"Sejumlah orang menghadapi lebih banyak bakteri dalam tas belanjaan dibandingkan dengan pakaian dalam mereka, karena mereka rutin membersihkannya."

Related Posts:

Makan Setelah Pukul 8 Malam Bikin Gemuk?

Sedang dalam program menurunkan berat badan jadi alasan banyak orang untuk menghindari makan di atas pukul 8 malam. Mereka beralasan makan terlalu malam akan membuat kalori disimpan dan diubah menjadi lemak.

Faktanya, kalori tidak mengenal waktu. "Tubuh akan mencerna dan menggunakan kalori dengan cara yang sama baik saat pagi, siang, atau malam," kata Mary Flynn, peneliti diet dari Miriam Hospital, AS.

Ia menjelaskan, kalori memang akan tersimpan di tubuh lebih lama kalau setelah kita makan lalu kita duduk atau tidur. Tetapi, esok hari saat kita berakivitas, apalagi berolahraga, tubuh akan memakai kalori yang sempat tersimpan itu.

Meski begitu, Flynn memang tidak menyarankan kita ngemil di malam hari. Alasannya, dalam kondisi lelah dan mengantuk kita cenderung memilih camilan yang tidak sehat.

Diet bukan berarti menahan lapar. Jika kita terbiasa menghindari makan atau makan terlalu sedikit, maka ketika tidak ada energi yang masuk, tubuh akan membongkar cadangan energi yang diambil dari otot. Konsekuensinya, tubuh jadi gampang lelah dan aktivitas terganggu.

Selain itu, metabolisme akan menurun dan ketika Anda kembali ke pola makan semula, berat badan dengan mudah bertambah dan kembali ke berat badan semula.

Jika Anda sering merasa lapar meski sudah makan malam, cobalah untuk mengganti camilan pengganjal perut yang lebih sehat, seperti mengganti es krim dengan sereal atau buah.

Related Posts:

Bagaimana Membuat Status Gizi Balita Meningkat?

Puslitbang Gizi DepKes menemukan sebuah konsep bagaimana menanggulangi masalah kekurangan gizi pada balita. Puslitbang Gizi, Bogor, menyebutkan ada enam tahap dalam konsep yang diujicobakan melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang, Banten.

Pertama, pengorganisasian masyarakat. Kedua, pelatihan. Ketiga, penimbangan balita. Keempat, penyuluhan gizi. Kelima, pemberian makanan tambahan. Dan keenam, penggalangan dana.

Tujuan dari penelitian itu adalah untuk menguji konsep tersebut, sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu model pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi KEP (Kurang Energi Protein) pada balita. Kemudian bisa diimplementasikan ke daerah lainnya.

Uji coba dilakukan di enam desa dengan tiga kecamatan. Masing-masing desa diwakili oleh satu posyandu sebagai lokasi penelitian. Sedangkan sampel diambil oleh tokoh masyarakat yang menjadi pengurus pengentasan KEP, anak balita yang menderita KEP, dan ibu balita yang menderita KEP.

Sesuai dengan tahapan dalam konsep, awalnya dibentuk organisasi pengurus pengentasan KEP pada balita di enam desa tersebut. Pengurus di masing-masing desa terdiri dari lima orang yang mewakili beberapa unsur dalam masyarakat, mulai dari tokoh agama sampai pamong desa. Kemudian dilakukan pelatihan kepada para pengurus tersebut, yang meliputi pengetahuan gizi, penyuluhan gizi, penyelenggaraan PMT (Pemberian Makanan Tambahan), dan bagaimana cara menggalang dana untuk pengadaan PMT.

Setelah para pengurus terjun ke lapangan, dilakukanlah evaluasi hasil. Caranya dengan menimbang anak balita secara berkesinambungan setiap bulannya, selama tiga bulan. Pada awal penelitian ditemukan 87 anak balita yang menderita KEP. Kemudian semua anak balita yang menjadi sampel penelitian ini diberi makanan tambahan setiap harinya, selama tiga bulan.

Makanan tambahan dibuat oleh pengurus secara bergantian dan diberikan kepada anak serta dimakannya di rumah kader. Bila ada balita tidak datang, makanan tersebut diantar ke rumah balita yang bersangkutan oleh kader. Makanan tambahan tersebut bisa berupa bubur, kolak atau nasi dengan lauk-pauk, atau kue-kue. Yang penting asupan energi dan proteinnya per porsi mencapai 300-400 kalori dan 3.5-10 gram protein.

Pelaksanaannya sendiri bervariasi. Ada desa yang bisa menyelenggarakan 10 hari berturut-turut dan dilanjutkan dengan tiga hari sekali. Ada juga yang menyelenggarakan dua hari sekali. Sedangkan yang lainnya, dua kali seminggu dan sekali seminggu.

Ketika pemberian makanan tambahan dilakukan, pengurus harus memberikan pula penyuluhan gizi kepada ibu balita agar ada kesinambungan setelah program ini selesai.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa konsep ini bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50%, bahkan lebih. Buktinya, pada awal penelitian terdapat 90.6% anak dengan status gizi kurang dan 9.4% anak dengan status gizi buruk. Pada akhir penelitian tidak ada lagi anak balita dengan status gizi buruk, sedangkan balita dengan status gizi kurang turun menjadi 45.3%.

Related Posts: